BERITAKULIAH.COM — Kesehatan mental menjadi isu yang semakin relevan dalam kehidupan modern, mengingat banyaknya tantangan yang dihadapi individu di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Perubahan besar dalam cara manusia berinteraksi, bekerja, serta menjalani kehidupan sehari-hari mengarah pada pergeseran paradigma tentang bagaimana kesehatan mental dipahami dan dijaga. Di era digital, kemajuan teknologi membawa banyak manfaat, namun juga menimbulkan permasalahan yang cukup signifikan, terutama terkait kesehatan mental. Berbagai teknologi baru, seperti media sosial dan perangkat digital, mempercepat proses komunikasi, namun sekaligus menambah beban psikologis bagi penggunanya. Tantangan baru ini mendorong pentingnya upaya menjaga kesehatan mental agar tidak terganggu akibat dampak negatif dari penggunaan teknologi yang berlebihan (Ainun et al., 2024).
Salah satu dampak terbesar yang ditimbulkan oleh era digital adalah meningkatnya kecemasan dan stres, terutama di kalangan mereka yang terhubung dengan media sosial. Keberadaan media sosial memberikan akses langsung ke kehidupan orang lain, di mana individu sering kali terpapar pada standar kehidupan yang tidak realistis. Banyak orang cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain berdasarkan apa yang mereka lihat di dunia maya, yang tidak jarang mengarah pada penurunan rasa percaya diri. Kondisi ini menambah beban psikologis yang memperburuk kesehatan mental. Pengaruh media sosial terhadap cara kita memandang diri dan orang lain sangat besar, serta dampaknya terhadap stabilitas emosi (Faruqi et al., 2024).
Selain perbandingan sosial, teknologi juga memengaruhi pola tidur seseorang, yang berpengaruh langsung terhadap kondisi mental. Penggunaan perangkat digital yang berlebihan, terutama pada malam hari, dapat mengganggu ritme tidur alami tubuh. Cahaya biru yang dipancarkan oleh layar perangkat elektronik menghambat produksi hormon melatonin yang penting untuk tidur. Hal ini menyebabkan gangguan tidur, yang selanjutnya memperburuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi. Penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk menjadi faktor pemicu gangguan kesehatan mental, karena tubuh yang tidak cukup istirahat akan kesulitan mengelola stres dan emosi yang datang (Magomedova & Fatima, 2025).
Faktor sosial turut berperan besar dalam kesehatan mental. Tekanan hidup yang semakin kompleks, baik di bidang pekerjaan, pendidikan, maupun hubungan sosial, memberikan dampak yang besar terhadap individu. Dalam banyak kasus, tuntutan untuk selalu tampil sempurna di media sosial maupun kehidupan nyata menyebabkan banyak orang merasa tertekan. Di tengah masyarakat yang semakin kompetitif, stigma terhadap gangguan mental sering kali menjadi penghalang bagi individu yang ingin mencari bantuan. Banyak orang memilih untuk menahan perasaan mereka, yang justru memperburuk kondisi kesehatan mental mereka. Dukungan sosial yang kuat dapat memberikan bantuan yang signifikan dalam menjaga kesehatan mental (Hakim et al., 2024).
Di sisi lain, meskipun tantangan besar menghadang, teknologi juga menyediakan berbagai solusi yang dapat membantu menjaga kesehatan mental. Layanan kesehatan mental secara daring semakin mudah diakses, memberikan kesempatan bagi individu untuk mencari bantuan secara cepat dan praktis. Teknologi juga mendukung terciptanya berbagai aplikasi yang dirancang untuk membantu mengelola stres, kecemasan, dan emosi. Alat-alat ini memberi individu kesempatan untuk belajar cara-cara baru mengelola perasaan mereka, mempraktikkan teknik relaksasi, serta mendapatkan dukungan dari profesional kesehatan mental tanpa harus keluar rumah. Ini menjadi salah satu kemudahan yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan mental di tengah kesibukan hidup (Negara, 2024).
Gaya hidup sehat sangat penting dalam menjaga kesehatan mental, terutama di era modern yang penuh tekanan. Pola makan yang seimbang, rutin berolahraga, serta cukup tidur merupakan langkah-langkah dasar untuk menjaga kesejahteraan fisik dan mental. Lingkungan yang positif dan penuh dukungan, baik di rumah, sekolah, maupun tempat kerja, sangat membantu dalam menciptakan keseimbangan emosional. Selain itu, pendidikan mengenai kesehatan mental dan keterampilan pengelolaan stres harus diberikan sejak dini. Masyarakat yang teredukasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan mental akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dan menjaga keseimbangan hidup di era digital yang semakin maju (Zahwa et al., 2024).
PEMBAHASAN
Menurut Azzahrah et al. (2024), era digital membawa dampak besar terhadap kesehatan mental, baik positif maupun negatif. Teknologi memberikan akses untuk komunikasi yang lebih luas, memungkinkan orang berinteraksi meskipun terpisah jarak fisik yang jauh. Platform media sosial juga memfasilitasi penguatan hubungan sosial antar individu yang sebelumnya sulit terjalin. Namun, penggunaan berlebihan sering kali menyebabkan perasaan cemas dan ketidakpuasan diri, terutama di kalangan generasi muda yang aktif online. Terganggunya kesehatan mental ini memperburuk kualitas hidup individu, memunculkan tantangan baru dalam menjaga keseimbangan emosional di era digital.
Memperluas akses terhadap layanan kesehatan mental sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Hakim et al. (2024) menyebutkan bahwa aplikasi konseling berbasis daring menawarkan dukungan emosional yang mudah diakses, memungkinkan individu mendapatkan bantuan kapan saja dan di mana saja. Penurunan hambatan seperti rasa malu atau takut terhadap stigma sosial dapat dicapai melalui teknologi ini. Selain itu, aplikasi semacam itu menjaga kerahasiaan, yang sangat penting bagi orang yang merasa canggung mencari bantuan secara tatap muka. Hal ini meningkatkan kenyamanan pengguna, memastikan mereka merasa lebih aman untuk membuka diri.
Menurut Oktaviani et al. (2025), selain pengurangan stigma, edukasi kesehatan mental perlu diperluas di kalangan masyarakat. Program penyuluhan di sekolah, tempat kerja, dan universitas akan membantu meningkatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga kesejahteraan mental. Banyak individu merasa enggan berbicara tentang masalah mental mereka karena takut dicap sebagai lemah. Pendidikan yang lebih inklusif mengenai kesehatan mental akan mengurangi hambatan ini, mendorong orang untuk lebih terbuka. Melalui pemahaman yang lebih baik, diharapkan lebih banyak orang mencari solusi yang tepat untuk masalah mental mereka.
Pola hidup sehat juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental. Negara (2024) menyatakan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga terbukti dapat mengurangi stres dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. Aktivitas ini merangsang produksi endorfin yang membantu meredakan kecemasan dan meningkatkan perasaan bahagia. Selain olahraga, tidur yang cukup juga memegang peran krusial dalam menjaga keseimbangan emosional seseorang. Rutinitas yang sehat ini meningkatkan daya tahan mental, mempersiapkan individu menghadapi tekanan hidup.
Pendekatan spiritual menjadi salah satu alternatif yang semakin banyak dipertimbangkan dalam menjaga kesehatan mental. Zahwa et al. (2024) menjelaskan bahwa ajaran tasawuf yang menekankan kesabaran, ketenangan, dan tawakal membantu individu untuk lebih tenang dalam menghadapi masalah. Penelitian menunjukkan bahwa praktik spiritual ini memberikan kedamaian batin, yang penting untuk kesejahteraan mental. Memadukan aspek fisik, mental, dan spiritual ini membantu mencapai keseimbangan hidup yang lebih sehat. Ketika seseorang mampu menyelaraskan diri secara spiritual, mereka dapat mengatasi stres dan kecemasan dengan lebih baik.
Selain itu, meditasi dan doa diakui sebagai teknik yang efektif dalam meredakan stres. Faruqi et al. (2024) menunjukkan bahwa praktik ini membantu individu untuk fokus, meredakan kecemasan, dan memperbaiki kondisi mental mereka. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang rutin melakukan meditasi melaporkan perasaan lebih tenang dan lebih sedikit tertekan. Teknik-teknik ini tidak hanya bermanfaat dalam konteks agama, tetapi juga dalam konteks terapi kesehatan mental. Mengintegrasikan kebiasaan ini dalam kehidupan sehari-hari membantu menjaga keseimbangan emosional yang lebih stabil.
Pola pikir positif berperan penting dalam menjaga kesehatan mental, karena membantu individu untuk lebih optimis dalam menghadapi tantangan hidup. Ainun et al. (2024) menyebutkan bahwa ketika seseorang memandang masalah sebagai peluang untuk tumbuh, mereka lebih mudah mengatasi stres. Menggunakan aplikasi yang memberikan afirmasi positif atau latihan mindfulness dapat memperkuat pola pikir positif ini. Aplikasi-aplikasi ini memberikan dukungan dalam mencegah gangguan mental, meningkatkan ketahanan mental individu. Penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ini juga bermanfaat bagi mereka yang dalam proses pemulihan dari gangguan mental.
Keluarga dan komunitas berperan besar dalam menjaga kesehatan mental. Magomedova & Fatima (2025) menyebutkan bahwa lingkungan yang mendukung mampu memberikan rasa aman dan nyaman, sehingga individu merasa lebih diterima. Keluarga yang peduli dengan kesehatan mental anggotanya dapat membantu memberikan dukungan emosional yang diperlukan. Komunitas yang solid menjadi tempat berbagi dan bertukar pengalaman, mengurangi perasaan terisolasi. Dukungan sosial ini sangat penting dalam membantu individu menjalani pemulihan mental mereka.
Di sektor pendidikan, penting bagi institusi untuk menyediakan akses terhadap layanan kesehatan mental bagi siswa dan mahasiswa. Hakim et al. (2024) mencatat bahwa stres akademik dan tekanan sosial yang dialami mahasiswa dapat menyebabkan gangguan mental jika tidak ditangani dengan tepat. Program konseling atau terapi yang disediakan kampus memberikan ruang bagi mahasiswa untuk berbicara dan mendapatkan dukungan. Pendidikan yang baik tentang kesehatan mental juga perlu diterapkan di tingkat sekolah, agar generasi muda lebih siap dalam menghadapi tantangan hidup. Menyediakan layanan ini menjadikan pendidikan tinggi tempat yang mendukung pertumbuhan mental dan emosional mahasiswa.
Akses mudah dan merata terhadap layanan kesehatan mental sangat penting di era digital. Negara (2024) menekankan bahwa banyak individu yang tinggal di daerah terpencil atau memiliki kesulitan untuk mengakses layanan konvensional dapat terbantu oleh layanan berbasis daring. Teknologi memungkinkan penyebaran informasi dan edukasi yang lebih luas mengenai pentingnya kesehatan mental. Program kesehatan mental digital menyediakan solusi praktis dan efisien, memungkinkan individu mendapatkan bantuan tanpa hambatan geografis. Penyebaran layanan ini akan memperluas jangkauan bantuan kesehatan mental bagi masyarakat.
Kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan mental harus dilakukan secara kolektif, melibatkan masyarakat, pemerintah, dan lembaga pendidikan. Menurut Azzahrah et al. (2024), kampanye tentang pentingnya kesehatan mental akan membantu menghilangkan stigma dan memperkuat pemahaman masyarakat. Setiap lapisan masyarakat perlu menyadari bahwa kesehatan mental adalah bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan. Masyarakat yang lebih sadar akan kesehatan mental akan lebih terbuka dalam mencari bantuan dan dukungan. Penting untuk terus memperkuat kampanye dan program edukasi ini di seluruh lapisan masyarakat.
Studi yang dilakukan oleh Universitas Nasional Pasim menunjukkan hasil yang positif dalam pemanfaatan program konseling bagi mahasiswa. Oktaviani et al. (2025) melaporkan bahwa mahasiswa yang mengikuti program ini mengalami penurunan signifikan dalam tingkat kecemasan dan stres mereka, serta meningkatnya kualitas tidur dan hubungan sosial. Dukungan psikologis yang mudah diakses memberikan dampak besar terhadap kesejahteraan mental mereka, di mana banyak mahasiswa merasa lebih tenang dalam menghadapi tantangan akademik dan kehidupan sehari-hari. Hal ini juga memperlihatkan pentingnya layanan konseling yang dapat dijangkau secara daring, karena mahasiswa merasa lebih nyaman untuk mengungkapkan masalah mereka tanpa terhalang oleh stigma atau kesulitan akses. Program ini dapat dijadikan contoh bagi universitas lain untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan mental, membantu lebih banyak mahasiswa merasakan manfaatnya dalam mengelola stres dan meningkatkan kualitas hidup.
Program konseling online yang diadakan oleh Rumah Sakit Jiwa Jakarta juga menunjukkan dampak positif terhadap pasien yang mengalami gangguan kecemasan. Menurut Sari et al. (2024), pasien yang mengikuti sesi konseling secara daring melaporkan adanya pengurangan tingkat kecemasan dan peningkatan kemampuan dalam mengelola emosi. Salah satu pasien, misalnya, melaporkan bahwa setelah beberapa kali sesi konseling, ia merasa lebih tenang dan lebih mampu menghadapi tantangan sehari-hari. Program ini memungkinkan pasien yang tinggal jauh dari pusat kota untuk tetap mendapatkan akses ke perawatan kesehatan mental tanpa harus bepergian jauh. Hal ini menunjukkan bahwa layanan konseling online bisa menjadi solusi efektif untuk menjangkau lebih banyak orang, terutama mereka yang kesulitan mengakses layanan secara langsung. Program ini bisa diadopsi oleh lebih banyak rumah sakit atau klinik untuk memperluas jangkauan layanan kesehatan mental.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari artikel ini menunjukkan bahwa perkembangan teknologi, terutama media sosial, memberikan dampak yang beragam pada kesehatan mental. Penggunaan teknologi yang berlebihan dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan gangguan tidur, yang mempengaruhi kesejahteraan mental. Namun, di sisi lain, teknologi juga menawarkan solusi, seperti layanan konseling daring, yang memungkinkan orang mendapatkan dukungan psikologis tanpa harus keluar rumah. Program konseling online yang dilakukan oleh beberapa universitas dan rumah sakit menunjukkan hasil yang positif, seperti penurunan kecemasan dan peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, sangat penting bagi institusi dan layanan kesehatan untuk memperluas akses ke layanan ini, sehingga lebih banyak orang dapat merasakan manfaatnya. Dukungan dari masyarakat dan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mengurangi stigma terkait kesehatan mental dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kesejahteraan mental di era digital.
DAFTAR PUSTAKA
Ainun Jariyah, F., Sudirman, N., Damayanti, N., & Marsuki, N. R. (2024). The Influence of the Digital Revolution on Mental Health and Emotional Well-Being in Everyday Life. Jurnal Mahasiswa Kreatif, 2(1), 174–184. e-ISSN: 2986-3066; p-ISSN: 2986-304X. https://ifrelresearch.org/index.php/jmk-widyakarya/article/view/2714/2445
Azzahrah, A., Asri, N. M., & Octavia, S. (2024). Menjaga Kesehatan Mental di Era Digital: Tantangan dan Solusi. International Seminar of Islamic Counseling and Education Series (ISICES), Pekanbaru, 30–31 Oktober 2024. https://isices.uin-suska.ac.id/index.php/ISICES/article/view/34
Hakim, A. S., Mulyana, A., & Amalia, M. (2024). Peran Pemerintah Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat Di Era Modern. Jurnal Hukum Kesehatan Indonesia, 4(1), 48–54. https://www.researchgate.net/publication/383130248_Peran_Pemerintah_Terhadap_Kesehatan_Mental_Masyarakat_Di_Era_Modern
Magomedova, A., & Fatima, G. (2025). Mental Health and Well-Being in the Modern Era: A Comprehensive Review of Challenges and Interventions. Cureus, 17(1), e77683.. PMID: 39974249; PMCID: PMC11836072. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39974249/
Negara, R. Y. (2024). Mental Health Revolution: Menghadapi Tantangan Kesehatan Mental di Era Modern. Jurnal Kesehatan Mitra Sekawan, 1(1), 45–48. https://jurnal.utami.id/index.php/JKMS/article/view/73
Oktaviani, S. S., Putri, S. M., & Mulyeni, S. (2025). Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental bagi Mahasiswa untuk Mencegah Stigma Bunuh Diri (Studi pada Mahasiswa Universitas Nasional Pasim). Corona: Jurnal Ilmu Kesehatan Umum, Psikolog, Keperawatan dan Kebidanan, 3(1), 41–53. e-ISSN: 3031-0172; p-ISSN: 3031-0180. https://journal.arikesi.or.id/index.php/Corona/article/view/1005
Faruqi, M., Suryoadji, K. A., Sutanto, R. L., Christian, C., Putra, E. N. W., Suskhan, R. F., Setyawan, D. A., Simanjuntak, K. T., A’yun, I. Q., & Ali, N. (2024). Kesehatan Mental di Era Digital: Tinjauan Naratif Dampak Media Sosial dan Teknologi Digital pada Kesehatan Mental dan Upaya untuk Mengatasinya. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 23(1), 46–55. https://journals.stikim.ac.id/index.php/jikes/article/view/3115
Zahwa, A., Taskiyatuz, Z., Aziz, A., & Lestari, P. (2024). Peran Tasawuf untuk Kesehatan Mental Masyarakat Modern. Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, 7(2). https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jrpp/article/view/27702
Penulis: Zalva Fitri Hawidah, Mahasiswa Universitas Mulawarman
Editor: Erna Fitri, Tim BeritaKuliah.com