QRIS dan Generasi Z: Transaksi Praktis di Era Digital dengan Risiko yang Bisa Dikelola

Avatar photo
695e3a709eccbe055c311aac6b25729d

Di era serba cepat seperti sekarang, generasi muda, khususnya Generasi Z (Gen Z)hidup dalam dunia yang menuntut kepraktisan. Hampir semua aspek kehidupan mereka telah tersentuh teknologi: dari cara belajar, bekerja, hingga bertransaksi. Salah satu inovasi yang paling banyak digunakan anak muda Indonesia saat ini adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sistem pembayaran digital berbasis QR code yang diluncurkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2019.

QRIS menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup Gen Z yang dinamis. Namun, seperti halnya setiap inovasi teknologi, penggunaan QRIS juga memiliki tantangan dan risiko yang perlu diantisipasi.

Generasi Z dikenal sebagai generasi yang cepat beradaptasi dengan teknologi dan lebih memilih solusi digital daripada metode konvensional. Mereka tidak ingin repot membawa uang tunai atau menunggu kembalian. Cukup buka aplikasi di ponsel, scan kode QR, dan transaksi pun selesai dalam hitungan detik.

QRIS menjawab kebutuhan itu dengan sangat baik. Dengan satu kode QR yang bisa digunakan di semua aplikasi pembayaran digital, Gen Z dapat bertransaksi di mana pun tanpa harus khawatir kompatibilitas antar aplikasi.

Menurut data Bank Indonesia (2024), terdapat lebih dari 48 juta pengguna QRIS, dan sebagian besar penggunanya berasal dari kelompok usia produktif, termasuk Generasi Z dan milenial muda. Hal ini menunjukkan bahwa QRIS bukan sekadar alat pembayaran, melainkan bagian dari budaya digital baru yang tumbuh di kalangan anak muda Indonesia.

Bagi pelaku UMKM, kehadiran QRIS membawa angin segar. Gen Z yang gemar berbelanja di kafe lokal, thrift shop, atau bazar kreatif kini bisa membayar secara instan menggunakan QRIS tanpa perlu uang tunai. Sistem ini juga memudahkan pelaku usaha mencatat transaksi dan memantau keuangan secara digital.

Berdasarkan laporan Kementerian Koperasi dan UKM RI (2024), pelaku usaha kecil yang menerapkan QRIS mengalami peningkatan omzet rata-rata hingga 30%, terutama karena transaksi menjadi lebih cepat dan pelanggan tidak lagi dibatasi oleh ketersediaan uang tunai.

Namun, kemudahan ini juga membawa risiko baru yang perlu disadari, terutama oleh generasi muda yang aktif menggunakan teknologi. Beberapa risiko utama dalam penggunaan QRIS antara lain:

  1. Kode QR Palsu (QRIS scam)

Pada kasus ini, pelaku mengganti kode pembayaran asli dengan kode miliknya untuk mencuri dana pengguna.

      2. Kebocoran Data Pribadi

Hal ini terjadi apabila ponsel atau device pengguna diretas. Namun bisa juga terjadi jika pengguna sembarangan membagikan tangkapan layar transaksi.

      3. Kurangnya Kesadaran Keamanan Digital

Misalnya mengakses aplikasi pembayaran lewat jaringan Wi-Fi publik atau tidak memperbarui aplikasi secara rutin.

Meskipun risikonya nyata, hal tersebut tidak seharusnya menghalangi penggunaan QRIS, melainkan menjadi dorongan untuk meningkatkan literasi digital dan keamanan pengguna. Agar manfaat QRIS dapat dirasakan tanpa menimbulkan kerugian, diperlukan sinergi antara pemerintah, penyedia layanan, dan pengguna. Beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Edukasi Digital untuk Pengguna

Melalui kampanye di media sosial dan pendidikan digital di institusi atau tempat tertentu seperti contohnya sekolah, universitas, kantor dan sebagainya akan berdampak positif. Pengguna dapat dibekali cara mengenali QRIS palsu dan menjaga keamanan akun mereka.

     2. Verifikasi Merchant dan Transaksi

Pengguna harus membiasakan diri memeriksa nama penerima sebelum mengonfirmasi pembayaran, memastikan sesuai dengan toko atau individu yang dituju. Pada beberapa tempat, hal ini telah diterapkan. Seperti contohnya di kantin UPN “Veteran” Jawa Timur.

     3. Perkuat Sistem Keamanan Aplikasi

Penyedia layanan pembayaran perlu terus memperbarui sistem enkripsi dan menambahkan fitur keamanan seperti verifikasi biometrik atau PIN ganda.

     4. Gunakan Jaringan Aman

Hindari transaksi keuangan menggunakan Wi-Fi publik, dan selalu log-out setelah selesai bertransaksi.

Dengan penerapan langkah-langkah tersebut, risiko penyalahgunaan QRIS dapat diminimalkan tanpa mengurangi kenyamanan pengguna.

QRIS tidak hanya sekadar mempermudah pembayaran, tetapi juga membentuk fondasi penting bagi ekonomi digital Indonesia. Melalui kebiasaan bertransaksi nontunai yang aman dan efisien, Generasi Z menjadi motor penggerak utama dalam menciptakan ekosistem ekonomi yang transparan, modern, dan berdaya saing global.

Jika kepraktisan QRIS diimbangi dengan kesadaran digital yang tinggi, maka bukan mustahil bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara dengan sistem pembayaran digital paling maju di Asia Tenggara. Hal ini tidak luput dari perkembangan teknologi di Indonesia itu sendiri yang semakin pesat dan merata di berbagai sektor. Transformasi digital kini tidak hanya terjadi pada layanan keuangan, tetapi juga merambah ke bidang transportasi, pendidikan, kesehatan, dan pemerintahan.

Peningkatan infrastruktur seperti jaringan 5G, perluasan internet fiber optik, serta pertumbuhan startup teknologi finansial (fintech) turut mempercepat adopsi sistem pembayaran digital di masyarakat. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) dan analitik data juga membantu penyedia layanan keuangan dalam meningkatkan keamanan transaksi dan memahami perilaku pengguna secara lebih mendalam. Dengan dukungan ekosistem teknologi yang kuat ini, Indonesia memiliki potensi besar untuk menciptakan sistem keuangan digital yang aman, inklusif, dan berkelanjutan ,menjadikan QRIS bukan sekadar alat transaksi, tetapi simbol kemajuan ekonomi berbasis teknologi bangsa.

QRIS bukan hanya sekadar inovasi dalam sistem pembayaran, tetapi juga cerminan dari kemajuan teknologi dan perubahan perilaku generasi muda Indonesia. Generasi Z, yang dikenal adaptif dan praktis, menjadi motor utama dalam menggerakkan transformasi keuangan digital nasional. Melalui QRIS, transaksi menjadi lebih cepat, aman, dan efisien, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif bagi pelaku UMKM di seluruh daerah.

Meski di balik kemudahan itu terdapat risiko seperti penipuan digital dan keamanan data, hal tersebut dapat diminimalkan melalui peningkatan literasi digital, penerapan sistem keamanan yang kuat, dan edukasi berkelanjutan bagi masyarakat.

Dengan dukungan infrastruktur teknologi yang terus berkemban, mulai dari jaringan 5G hingga inovasi fintech dan kecerdasan buatan, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemimpin sistem pembayaran digital di kawasan Asia Tenggara. QRIS bukan hanya alat transaksi, melainkan simbol kemajuan bangsa menuju masyarakat yang cerdas, aman, dan berdaya di era digital.

Editor: Bifanda Ariandhana, Tim BeritaKuliah.com