Prinsip Amanah dalam Keuangan Syariah dan Tantangan Keamanan Siber di Era Digitalisasi

Avatar photo
Prinsip Amanah dalam Keuangan Syariah dan Tantangan Keamanan Siber di Era Digitalisasi
Ilustrasi ini menekankan tantangan besar keamanan digital yang dihadapi perbankan syariah, seperti kasus serangan ransomware pada BSI di Mei 2023, yang menguji nilai fundamental bank syariah, yaitu amanah (menjaga kepercayaan nasabah dan data).

BERITAKULIAH.COM, Bogor — Di era yang serba digital, kecepatan dan kenyamanan menjadi fitur paling menonjol dari layanan keuangan saat ini. Dengan hanya beberapa sentuhan di layar smartphone, pelanggan dapat membuka rekening, mentransfer uang, hingga berinvestasi tanpa perlu mengunjungi kantor bank. Namun dibalik kemudahan itu, ada tantangan besar yang tak bisa diabaikan, yaitu bagaimana mempertahankan keamanan dan kepercayaan di tengah dunia digital yang rentan terhadap serangan siber.

Bagi perbankan syariah, tentu tantangan ini memiliki makna yang dalam. Isu keamanan tidak hanya tentang sistem teknologi, tetapi juga berkaitan dengan nilai dasar dalam ajaran Islam, yaitu amanah. Dalam konteks keuangan syariah, amanah berarti menjaga kepercayaan, bertanggung jawab, serta memastikan seluruh aktivitas dijalankan dengan jujur dan transparan.

Cobaan terbesar terhadap nilai amanah itu terjadi pada bulan Mei 2023 ketika Bank Syariah Indonesia (BSI) mengalami serangan siber yang menyebabkan hampir seluruh layanan digitalnya tidak berjalan. Nasabah mengeluh karena tidak bisa menggunakan ATM, layanan mobile banking mati, dan transaksi daring gagal. Pada awalnya, gangguan tersebut disalah artikan sebagai pemeliharaan sistem, tetapi setelah dicari tahu, ternyata ada serangan siber ransomware dari kelompok peretas internasional LockBit. Mereka diduga mencuri lebih dari 1.5 terabyte data, termasuk data pribadi nasabah, dan meminta uang tebusan besar agar data tersebut tidak dibocorkan ke internet.

Peristiwa ini membuat masyarakat meragukan kembali tingkat keamanan digital dalam perbankan syariah. Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI selama ini dianggap sebagai simbol pertumbuhan ekonomi berbasis Islam. Ketika lembaga yang didirikan atas dasar amanah justru mengalami serangan siber, masyarakat mulai bertanya sejauh mana prinsip amanah itu diterapkan dalam sistem digital.

BSI langsung mengambil langkah-langkah tegas dengan melakukan pemeriksaan terhadap sistem, memperkuat pertahanan keamanan, serta bekerja sama dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Tindakan ini diikuti dengan pembaruan teknologi, peningkatan kapasitas SDM di bidang keamanan informasi, serta peningkatan komunikasi dengan publik yang sebelumnya dinilai kurang responsif saat krisis terjadi. Upaya-upaya ini menjadi bagian dari proses memulihkan kepercayaan yang telah goyah.

Kasus BSI memberikan pelajaran berharga bagi seluruh instansi perbankan syariah. Dalam era digital, amanah membutuhkan tanggung jawab yang lebih tinggi. Memperkuat kepercayaan nasabah sama hal nya dengan melindungi data pribadi dan memastikan sistem tetap aman dari ancaman siber. Keamanan digital menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari prinsip syariah, sejajar dengan nilai kemaslahatan dan perlindungan terhadap harta.

Dalam situasi ini, keamanan siber bukan hanya urusan teknis yang dikerjakan oleh tim IT saja. Ia juga merupakan bagian dari tanggung jawab moral dan spiritual lembaga keuangan syariah terhadap para nasabah. Setiap ada kebocoran data atau gangguan sistem, itu bukan hanya kerugian bagi bisnis, melainkan kegagalan dalam menjaga amanah yang menjadi dasar dari hubungan antara lembaga keuangan dan masyarakat.

Kejadian di BSI menjadi pengingat bahwa transformasi digital tidak boleh berlangsung tanpa nilai ketahanan digital. Teknologi yang mempercepat layanan juga harus diimbangi dengan sistem keamanan yang kuat. Jika tidak, inovasi justru bisa menjadi celah baru bagi munculnya krisis kepercayaan.

Keamanan siber seharusnya menjadi bagian dari penerapan prinsip syariah. Melindungi data berarti menjaga amanah, dan menjaga amanah berarti menjalankan nilai-nilai Islam di tengah zaman modern. Serangan terhadap BSI mungkin sudah terlewat, tetapi pesannya tetap penting. Teknologi yang tidak memiliki nilai bisa menjadi rapuh, sementara nilai yang tidak dilindungi secara digital tidak akan bertahan lama.

Amanah digital kini menjadi bentuk baru dari keuangan syariah. Di era yang semakin modern, menjaga kepercayaan nasabah bukan hanya kewajiban profesional, tetapi juga merupakan bagian dari ibadah dalam menjaga kejujuran dan tanggung jawab.

Penulis: Adinda Putri Hermoza, Mahasiswa Universitas Tazkia, Manajemen Bisnis Syariah

Editor: Bifanda Ariandhana, Tim BeritaKuliah.com