Sekarang, bela negara udah nggak selalu soal angkat senjata atau ikut latihan militer. Di era digital kayak sekarang, “medan tempur” itu bisa aja berupa layar laptop, koneksi internet, dan baris-baris kode. Apalagi buat kita yang ada di bidang informatika, tanggung jawabnya malah makin besar — bukan cuma soal jago ngoding, tapi juga soal gimana kita bisa pakai kemampuan itu buat kebaikan negeri sendiri.
Bayangin aja, ancaman terhadap negara sekarang bukan cuma datang dari serangan fisik, tapi juga dari dunia siber. Serangan hacker, pencurian data, penyebaran hoaks, sampai manipulasi informasi bisa ngerusak stabilitas bangsa tanpa perlu satu peluru pun ditembakkan. Nah, di titik itu peran orang informatika jadi penting banget. Kitalah yang ngerti sistemnya, celahnya, dan cara ngelindunginnya.
Tapi sayangnya, banyak dari kita yang masih mikir kalau “bela negara” itu bukan urusan anak informatika. Padahal, dengan kita belajar keamanan data, bikin aplikasi yang bermanfaat, atau bahkan sekadar menjaga etika digital, itu udah bagian dari bela negara juga. Soalnya kita ikut menjaga kepercayaan dan keamanan masyarakat di dunia maya.
Tantangan terbesarnya ada di kesadaran — gimana kita bisa sadar bahwa kemampuan kita punya nilai nasional, bukan cuma buat karier pribadi. Kadang kita keasikan ngejar project, gaji, atau portfolio, sampai lupa bahwa teknologi yang kita buat bisa berdampak besar buat masyarakat luas.
Jadi, buat generasi informatika sekarang, bela negara itu bukan lagi soal siapa yang paling kuat, tapi siapa yang paling peduli. Siapa yang mau pakai kemampuannya bukan buat ngerusak, tapi buat ngelindungi dan membangun. Karena di dunia digital ini, bentuk cinta tanah air bisa dimulai dari satu baris kode yang punya tujuan baik.