Berita  

Berani Terhadap Bullying (Berhenti Menyakiti, Edukasi Diri Tentang Dampak Bullying, Rangkul Teman yang Menjadi Korban, Ajari Empati, Negasikan Tindakan Negatif, Ingatkan Pentingnya Respek)

Avatar photo
Berani Terhadap Bullying (Berhenti Menyakiti, Edukasi Diri Tentang Dampak Bullying, Rangkul Teman yang Menjadi Korban, Ajari Empati, Negasikan Tindakan Negatif, Ingatkan Pentingnya Respek)

BERITAKULIAH.COMBullying merupakan suatu perbuatan yang tujuannya untuk menyakiti orang lain, yang dapat memberikan suatu dampak buruk seperti menimbulkan sebuah penderitaan bagi korban dan mengganggu kenyamanan seseorang. Perbuatan tersebut berupa mengucilkan, menganiaya atau mengintimidasi, baik secara langsung maupun dari ancaman halus yang artinya lebih dari pembulian biasa.

Tindakan seperti ini bisa dibilang sebagai bullying karena dilakukan secara berkali-kali dalam kurun waktu yang lama atau biasa disebut dengan regeneratif dan menjadi sebuah kebiasaan atau tradisi yang dapat menimbulkan dampak negatif hingga dapat membahayakan korban. Korban Bullying biasanya terjadi pada anak-anak yang cenderung lebih pendiam dan kesulitan berinteraksi dengan teman-teman lain, dalam bahasa sekarang biasa disebut dengan introvert.

Bullying dapat terjadi karena banyak faktor antara lain yaitu karena adanya perbedaan ekonomi, agama, gender, tradisi dan kebiasaan senior yang menghukum juniornya.

Faktor lainnya juga seperti perasaan dendam, rasa iri hati atau dengki, keinginan untuk mendominasi korban melalui kekuatan fisik atau daya tarik seksual, serta ketekatan pelaku untuk meningkatkan popularitas diri di lingkungan  dan pergaulannya.

Bullying bukan hanya konflik biasa, tapi tindakan yang dapat menimbulkan dampak negatif yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan untuk menekan atau mengintimidasi seseorang, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada korban bullying.

Tindakan bullying sendiri memiliki pola kekerasan yang jelas, baik secara fisik, verbal maupun psikologis dan kerap kali menimbulkan dampak serius bagi korbannya, seperti ketakutan yang berlebihan terhadap orang lain, perasaan tidak aman, merasa direndahkan serta setres dan berujung pada depresi hebat hingga seseorang itu sampai pada tingkat bunuh diri.

Bullying dapat terjadi di berbagai lingkungan, seperti sekolah, tempat bermain atau media sosial, di mana individu atau kelompok menggunakan kekuatan mereka untuk mencaci maki, berkelahi atau mengganggu orang lain. Pola perilaku ini sering dilakukan secara terus-menerus dan berulang hingga membuat  korban lemah dan merasa tidak mampu melawan atau melindungi dirinya sendiri.

Metode penelitian ini menggunakan photovoice dengan cara menggali pengalaman anak-anak terkait bullying dengan memberi mereka kesempatan mengambil foto yang menggambarkan dampak atau situasi bullying. Foto dan narasi yang diberikan kepada anak-anak kemudian diolah untuk dapat memahami dampak emosional dan sosial bullying serta mendorong perubahan lingkungan sosial yang ada.

Pendekatan ini memungkinkan anak-anak menjadi bagian aktif dalam penelitian, menyuarakan pengalaman mereka melalui gambar dan bercerita. Penelitian ini juga berinteraksi langsung dengan anak-anak, menciptakan dan membuat ruang yang aman sehingga mereka dapat berbicara dengan leluasa tentang pengalaman mereka, memperkuat hubungan serta meningkatkan kepercayaan dan keterbukaan.

Berani Terhadap Bullying (Berhenti Menyakiti, Edukasi Diri Tentang Dampak Bullying, Rangkul Teman yang Menjadi Korban, Ajari Empati, Negasikan Tindakan Negatif, Ingatkan Pentingnya Respek)
Gambar 1. Foto bersama anak-anak di Masjid Istiqlal
Berani Terhadap Bullying (Berhenti Menyakiti, Edukasi Diri Tentang Dampak Bullying, Rangkul Teman yang Menjadi Korban, Ajari Empati, Negasikan Tindakan Negatif, Ingatkan Pentingnya Respek)
Gambar 2. Penyampaian materi Bullying

Adapun beberapa tema yang kami ambil dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perspektif Anak terhadap Bullying

Tindakan bullying terlihat dari  anak-anak itu sendiri biasanya terjadi dalam bentuk mencaci maki, mengganggu temannya dan berkelahi. Mencaci maki yang dimaksud berupa ejekan atau hinaan dan seringkali dianggap bercanda oleh si pelaku dan pada akhirnya dapat melukai perasaan korban. Mengganggu teman yang dimaksud seperti mengambil barang atau mengolok-olok nama orang tua, hal tersebut juga sering terjadi dan menyebabkan korban merasa tidak nyaman.

Sementara itu, berkelahi biasanya muncul dari konflik yang memuncak atau biasanya sering terjadi karena rasa emosionalnya sudah tidak bisa di tahan, dimana anak-anak sering menganggapnya itu sebagai cara untuk menyelesaikan suatu masalah padahal hal tersebut dapat membuat masalah menjadi lebih besar.

Dengan memahami pandangan ini dapat membantu mereka dalam mencegah bullying dan menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak. Adapun salah satu kutipan yang mereka ucapkan saat kami sedang menyampaikan materi terkait bullying yaitu seperti yang anak B katakan “kami tu sering main main kak, tapi lama lama jadi bertengkar beneran dan akhirnya kami sering berkelahi”.

Seringkali anak anak bercanda dan berakhir dengan pertengkaran. Akan tetapi, penting juga untuk dipahami bahwa berkelahi, meski terkadang terlihat sebagai candaan, dapat memberikan dampak negatif bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Ketika anak-anak sering terlibat dalam perkelahian, terutama jika didasari oleh kekerasan verbal atau fisik, hal ini bisa dianggap sebagai bentuk bullying yang tidak disadari. Bullying seperti ini, jika dibiarkan, dapat menciptakan lingkungan yang tidak aman bisa membuat rasa percaya diri anak dan merusak hubungan sosial mereka.

2. Kejadian yang Pernah Dialami

Anak-anak umumnya sering mengalami bully secara tidak sadar. Adapun yang mereka alami dalam berbagai bentuk salah satunya yaitu kejadian yang pernah dialami oleh salah seoorang anak yaitu seorang “dilempar sandal akibat tidak membayar kas oleh teman sekelasnya”, tindakan tersebut tidak hanya berakibat sakit pada fisik sang anak saja juga tetapi juga merupakan salah satu momen yang memalukan bagi anak tersebut.

Selain itu, terdapat beberapa anak yang mengalami bully dengan cara ketika pulang sekolah mereka mencari sepatunya namun disembunyikan oleh teman sekelas yang membuat mereka menjadi panik dan merasa tidak dihargai seperti “waktu keluar dari kelas di waktu pulang sekolah, aku jalan ke rak sepatu namun aku cari-cari ternyata sepatuku tidak ada, bukan karena hilang taunya disembunyikan oleh temanku” ujar anak A.

Hal yang umum terjadi di kalangan anak-anak yaitu mengolok-olok atau menyebutkan nama orang tua sebagai bahan ejekan terhadap temannya seperti “aku pernah dipanggil tapi bukan dengan nama aku tetapi dengan nama ayah, terus nadanya seperti mengejek” ujar anak A, tanpa mereka sadari hal tersebut termasuk kedalam tindakan bullying dan menyakiti perasaan, secara emosional karena berkaitan dengan keluarga dan aspek pribadi korban.

Pengalaman inilah yang meninggalkan rasa takut untuk melakukan sesuatu, bahkan ragu hal ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian orang dewasa disekitar mereka terhadap perilaku anak-anak mereka.

3. Respon Anak terhadap Bullying

Anak-anak memiliki berbagai cara dalam merespons bullying yang terjadi di sekitar mereka. Beberapa anak memilih untuk menegur dengan mengatakan “jangan menghina” sebagai bentuk protes terhadap perilaku yang tidak baik. Ada pula yang berusaha mengingatkan teman-temannya untuk tidak membully, menunjukkan kepedulian mereka terhadap korban sekaligus mencegah konflik lebih lanjut.

Selain itu, beberapa anak membantu menenangkan teman yang sedang emosi akibat bullying, memberikan dukungan agar situasi tidak semakin memburuk. Respon-respon ini menunjukkan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk menciptakan lingkungan yang lebih positif dengan sikap saling mendukung.

Adapun salah satu kutipan yang mereka ucapkan saat kami sedang menyampaikan materi terkait bullying yaitu “kalo ada yang dibully itu dibantu, biasanya kalo ada teman yang di pukul itu ikut bantu mukul”.

Anak-anak menganggap bullying seperti pukul yang mana harus dibalas dengan pukulan atau ada yang mengejek maka dibalas dengan mengajak pula, hal inilah yang dapat kita luruskan bahwasanya bullying terjadi karena ada yang memulai dan ketika hal tersebut terjadi pada saat kita berada disana alangkah baiknya kita membantu teman yang dipukul oleh teman lain nya dengan cara memisahkan saja tanpa harus di pukul balik, karena jika memukul balik pun itu sama saja dengan bullying. Anak-anak sudah banyak mengerti respon seperti apa yang harus mereka lakukan jika mereka atau teman nya dihadapkan oleh perilaku bullying seseorang baik secara fisik ataupun verbal.

Penulis : Agustina, Alini Sapitri, Shafiqah Naurah Asliyah, Syafirah Salsabillah, Abella Inestin Ginting (Mahasiswa FKM Universitas Sriwijaya)

Editor : Kelompok 2

Dosen Pengampu : Najmah, SKM. MPH, PhD, Dr. Haerawati Idris, SKM., M. Kes, Dr. Iche Andriyani Liberty, S.KM, M.KM

Editor: Bifanda Ariandhana, Tim BeritaKuliah.com